Kebayang tidak kalau persahabatan di dunia ini ada pada kalian, pasti seru. Apalagi kalau kita sedang ada masalah dan sahabat yang menghibur dan membantu menyelesaikan masalah (Wahh, pasti asyik).
Upik Story
Hari ini mendung, tapi aku harus berangkat ke kampus. Dengan membawa payung biru, aku melangkah ke luar rumah. Oh, iya namaku Piano Cella Harpa (memang nama aneh), he..he.. aneh ya, ini nama pemberian almarhum Bunda-ku. Walau aneh aku menghargainya. Tapi teman-teman biasa panggil aku Upik, atau bisa juga Ella. Nama panggilanku aneh semua, Upik Abu itukan pembantu yang di siksa, Lalu Ella itu Ciderella yang di jadikan pembantu oleh ibu tirinya. Tapi aku suka-suka aja, karena diakhir cerita mereka semua mengalami Happy ending.
Hari memang mendung, kayaknya suasana ga bersahabat banget. Ngomong-ngomong soal sahabat. Biasanya aku di jemput oleh sahabatku Satria dengan motor satria-nya (promosi). Saat aku tunggu di depan beberapa menit, tetap saja ia enggak datang. Kuputuskan untuk jalan kaki ke kampus. Walau jarak rumahku dan kampus agak jauh ( 2km ). Sampai di kampus aku lihat sahabat sedang duduk di bawah pohon yang biasa untuk nongkrong kami. “Hallo guys, Satria mana? Tadi aku kok enggak di jemput.”
“Hehh… biasa pasti dia jalan sama cewek barunya,”_kata seorang cowok yang main gitar.
Oh,iya… Satria itu memang suka ganti-ganti cewek, namanya jomblo gak lebih dari 1 hari. Satria itu ganteng, tajir dan tinggi (175) mana ada cewek yang gak nemplok sama dia, kecuali aku .Ya, namanya playboy cap kecoa ngesot (saykoji) pasti dia punya lebih dari 1 cewek sifatnya mirip kayak So Yi Jung di serial BBF. Orang yang namanya Satria Yama-Haa Arenza, mau tau gak kenapa dia di beri nama kayak nama-nama motor. Bukan karena bapaknya hobi motor, tapi waktu ngelahirin dia bapaknya jual motornya untuk biaya oprasi. Padahal Tajir, kok masih aja jual motor, Bukan itu juga dia jual motor, kenapa karena dulu dia kere, ya sebelum usaha ayahnya laku.
Dan, yang tadi sedang main gitar itu Januar. Dia memang judes, jago berantem (karate), walau kadang ia jayus juga. Namanya January Febuari Maret April Mei…(171) hehehe namanya January Andhika Catur. Cocok dengan namanya lahir di bulan January tanggal 4. Dia suka banget main gitar, dan gak berhenti-hentinya berlatih. Cowok satu itu agak aneh penampilalnya, kalau kuliah dia pake celana pendek selutut, pake kaos lengan pendek, sepatu putih polos dan pake topi. Tapi kalau di rumah ia pake celana panjang (orang aneh), eits walau aneh ia di kejar-kejar cewek lo.
“Kurang ajar banget sih curut (panggilan untuk satria), aku harus jalan kaki berjuta-juta kilometer (lebay),”kataku duduk di samping Januar.
“Tapi lo jangan marah ma gue dong,”_Januar menyahutku.
“Maaf dech, tapi aku sebel.” Lalu suasana terasa sunyi sebentar. “Nanti jadikan ke Butiknya Fina, tapi kayaknya nanti aku mau nyerahin tugas ke ruang dosen dulu, jadi kalian duluan dulu aja.”
“Trus nanti lo mau naik apa, neng,”_seseorang datang dari belakang.
“Aku nebeng Kalista, Ginny, sama Laura aja,”_ku dengan semangat pantang mundur (mau lawan penjajah).
Ya, yang tadi muncul dari belakang itu Raka. Raka beda dari yang lain ia lebih suka dengerin music dari i-Podnya, lagu favorit Raka Ardian Hardianto ini I Remember (Mocca). Dia paling pendek (168) diantara cowok berempat. Walau paling pendek, dia paling imut hitam manis. Suaranya juga bagus serak-serak basah gimana gitu. Tapi jangan sampai jatuh cinta sama dia, dia punya cewek dari SMA. Dia Cinta mati pada yang namanya Onny ini, walau dia posesif dan gampang ngambek. “Eh, Indra kemana? Aku ada urusan sama dia nih.”
“Paling lagi sama Eka bahas study tour minggu depan di ruang dosen,”_Raka menjawab sambil menghidupkan i-Pod.
Mau tau siapa Indra, Indra Pratama Putra. Anak pengusaha kaya dan ibunya seorang anggota DPRD. Indra dari SD adalah teman sekelasku, sampai sekarang pun masih, kami masuk jurusan seni. Indra selalu aja di kejar cewek kampus, dan enaknya setiap hari selalu di bawain bekal sama cewek genit. Ya, bukan hanya tajir, tapi dia juga cakep, keren dengan tinggi cowok banget (172) dan perhatian banget. Tapi sifatnya yang masih agak kekanak-kanakan itu yang bikin banyak orang ilfeel.
Kami berempat bersahabat sejak SMA, saat kegiatan MOS dilaksanakan. Saat itu aku udah bersahabat dengan Indra. Tapi dengan gak sengaja, aku numpahin kuah soto ke bajunya Satria. Terus karena itu kami kenalan dan Satria punya sahabat Raka dan Januar. Tak di sangka kami sekelas.
“Jan, gue boleh pinjem uang gak,”_Raka dengan menepuk bahu Raka.
“Untuk apa sob, gak biasa lo pinjem duit,”_Januar berhenti memainkan gitarnya.
“Gue harus ganti rugi kerusakan mobil Onny yang gue tabrakin kemarin,”_Raka memohon.
“Gila cewek lo Ka, Cuma gara-gara nabrak dan lecet sedikit aja minta ganti rugi,” semuanya terdiam gak ada yang lanjutin ngomong selain ngelihatin aku yang ngomel, “Ngapa kalian ngeliatin aku, kalau aku jadi lo Ka, udah dari dulu aku putusin.”
“Kenapa sih lo, lo-kan belum pernah jatuh cinta apalagi pacaran,”_Raka menyahut yang tadinya diam aja lihat aku ngomel.
“Aku memang belum pernah pacaran, tapi kalau jatuh cinta pasti pernah dong,”kataku beranjak dari kursi.
“Oh ya, sama siapa lo pernah jatuh cinta?”_Raka menantangku.
“Ehm..ehm.” Aduh mau ngomong apa nich aku, aku jatuh cinta sama siapa. “Itu bukan urusan lo aku jatuh cinta sama siapa, yang penting aku pernah jatuh cinta.”
“Udah deh kalian, kalau ribut gak disini dong, maaf Ka gue lagi bokek,”_Januar merangkul kami berdua. “Kita masuk dulu, kayaknya mau hujan deras nih,”_Januar menarik tangan kami.
Sebel, setiap kali aku lihat Raka ngomongin cewek geje itu. Bukan karena aku suka sama dia, tapi karena dia selalu di manfaatin terus. Apalagi sekarang pelajaran Matematika yang ngebosenin.
INDRa Story
“Ka, kita bahas besok aja, jam pak Udin udah mulai nih?”
“Yah kak In, nanggung nih!sepuluh menit lagi juga kelar,”_cewek berkaca mata.
“Tap..tapi…kita udah bolos pelajaran pak Udin minggu ini.”
“Kak Indra, Cuma sepuluh menit aja, please?”_Eka memohon.
Gue paling enggak suka ninggalin pelajaran kayak gini. Tapi karena tuntutan jadi panitia, ya udah. Sudah satu minggu aku membahas urusan study. Apalagi disini gue bareng sama Eka si kutu buku yang sok. Setiap hari selalu ganggu dan enggak mau lepas dari gue. Padahal gue udah selalu ngehindar darinya tapi entahlah dia nempel gue terus. “Ya deh, kita lajutin rapatnya.”kataku yang kepaksa.
Ini hari paling tak menyenangkan, Eka di rapat ini ngoceh kaya bebek terus. Sepuluh menit gimana… kita rapat udah 1jam belum selesai juga. Tapi saat Eka ngoceh datang Upik membawa berkas “Kalkulus”.
“Permisi, pak Jonet ada enggak ya,”_Upik di depan pintu.
“Ehhh… Upik, pak Jonet enggak masuk hari ini,”_Eka menghentikan ngocehannya.
“Oh iya dra, nanti ke butik-nya Fina,”_Upik menambah.
“Iya yah, ya udah gue enggak ikut rapat kali ini yah! Bye.”
Huhh lega rasanya bisa kabur dari ngocehan Eka. Upik datang seperti malaikat yang menyelamatkan nyawa dari maut. Gue ngerasa bahagia plus…plus…plus. “Thaks…thaks very much…?” Gue langsung meluk Upik saat jalan di lorong depan ruang rapat dan dosen.
“Emangnya apa yang makasih,”_Upik belum lepas dari pelukan gue.
“Makasih lo telah ngelamatin gue dari maut.” Gue melepaskan pelukan gue dari Upik.
“Maut…nyelametin…apa maksud lo!”_Upik bingung bego.
“Lo nyelametin gue dari Eka dambleh itu, tadi gue harus dengerin ocehannya enggak behenti-henti di telinga gue, tapi lo datang.”
“Ohhh,”_Upik garuk-garuk kepala.
Aku menghela nafas berlahan-lahan, aku dan Upik berjalan ke tempat nongkrongan di bawah pohon. Saat sampai disana aku melihat Januar, Raka, dan Satria sudah menunggu.
“Hay sob,”_Satria mengangkat tangannya kayak mau absent (saya masuk).
“Curut, tadi pagi lo enggak jemput aku-kan, aku harus jalan kaki tau,”_Upik marah enggak jelas.
“Sorry bos, gue tadi jalan-jalan sama Dewi,”_Satria enggak merasa bersalah.
Oh ya, Satria adalah cowok playboy yang super-super pintar menggaet cewek. Contohnya saat pertama kali masuk SMA dia udah dapet cewek, saat MOS ceweknya Yulisa, saat semester 1 kelas 1 ceweknya Andin, semester 2 kelas 1 ceweknya Talita, Lalu saat kelas 2, Brilian, Mikka, Nana, Hana, kelas 3 Jeffy, Milla, Pian, lalu sekarang kuliah 2 semester udah dapet Dina, Hasna, Bella, Viona, dan terakhir Dewi. Memang ia paling glamour di sekolah sejak dulu. Namun sebenarnya ia tak mau nyakitin perasaan cewek, katanya ia tak mau buat cewek-cewek menangis. “Ya, udah deh dari pada ribut kita berangkat ke butiknya Fina aja.”
“Sorri, aku ntar nyusul aja deh?”_Upik melangkah meninggalkan kami.
“Mau kemana lo.”
“Aku mau nyerahin tugas ini,”teriak Upik dengan melambaikan tangannya.
Akhirnya kami berangkat berempat saja, di jalan macetnya minta ampun. Huft… bosan banget. Apalagi Upik enggak ada, biasanya dia yang buat ribut dulu diantara kita. Dia selalu menghidupkan radio keras-keras di dalam mobil, sehingga semuanya ke brisikan, apalagi saat itu ada polisi. Terpaksa kami patungan untuk bayar pelanggaran. Sesampai di depan butiknya Fina, kami semua turun untuk menemui Fina. “Hai Fin, gimana kabarnya?”
“Baik, mana Upik, enggak ikut ya!”_Fina menyesal.
“Enggak, Upik nanti nyusul sama Kalista, Ginny, Laura katanya sih gitu,”_Januar duduk di sofa sebelah Fina.
“Fin, Mario kemana nih, udah empat minggu ngilang enggak ada kabarnya, kita kan masih ada latihan ngeband?”
“Iya udah satu bulan ngilang,”_Satria meneruskan omonganku.
“Entahlah, katanya dia liburan di luar negeri dengan keluarganya,”_Fina menggangkat pundaknya.
Mario adalah vokalis dari grup band gue, sekaligus pacarnya Fina. Fina ini kuliah di kampus yang beda dari kita. Namun dia adalah teman SMA, jadi kita masih kontek. Fina dulunya sangat pendiam, pemalu, dan kutu buku. Yah.. karena temannya si Upik Abu, jadi dia udah enggak pemalu lagi.
Upik memang orang yang baik, ceria, dan enggak manja sama sekali. Dia memang bukan orang cerdas nilainya rata-rata, apalagi dia enggak cantik. Coba bayangkan rambut selalu di kuncir kuda berponi dan dia paling benci make up.Katanya dia hanya pake bedak kalau di suruh ayahnya. Gue suka ketabahan hatinya Upik, saat SD ibunya meninggal dunia, namun ia tetap ceria. Walaupun ternyata hatinya remuk. Saat itu dia ada di atas rumah pohon, saat aku hampiri dia, dia tengah menangis. Tapi hal itu telah di lupakannya, makanya sejak itu gue suka sama Upik namun tak ada yang tau.